Hormat Kepada Orang Tua , Terutama Ibu…Ibu..Dan Ibu.
Hormat Kepada Orang Tua , Terutama Ibu…Ibu..Dan Ibu.
LUMPUHNYA TANGAN SEORANG ANAK YANG HENDAK MEMBUNUH IBUNYA SENDIRI ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh
Ada seorang anak yang durhaka memiliki istri pelacur yang tidak
memiliki kebaikan sama sekali. Ibunya sering menasihatinya akan
kejelekan istrinya. Akan tetapi dia tidak mendengar nasihat sang ibu
karena terpengaruh dengan istrinya. Istrinya adalah seorang pelacur yang
bukan berasal dari negerinya dan bukan dari daerahnya.
Maka
dari itu, bagi orang yang hendak menikah, hendaklah dia berhati-hati
agar tidak menikah dengan seorang perempuan yang tidak diketahui
keluarga dan orang-orang yang ada di sekitarnya, agar dia tidak binasa
dengan kesudahan yang tidak dia inginkan. Ketika terjadi perselisihan
antara dia dengan ibunya, maka dia berniat membunuh ibunya agar berlepas
diri darinya, sebagaimana yang disarankan oleh istrinya. Maka dia
berkata kepada ibunya, “Maukah ibu pergi jalan-jalan bersamaku?”
Sang ibu menyangka bahwa anaknya telah berubah menjadi anak yang
berbakti kepadanya, maka dengan gembira dia menjawab, “Tentu anakku, aku
mau pergi bersamamu. Semoga Allah memberimu taufik kepada kebaikan.”
Sang anak adalah seorang sopir. Ibunya ikut naik mobil bersamanya dan
pergi ke padang pasir, sementara dia merencanakan kejahatan kepada
ibunya. Ketika ibunya menangis bahagia karena anaknya berbakti kepadanya
dan mau mengajaknya jalan-jalan, maka mobil itu melaju di jalan raya
umum hingga kemudian keluar dari jalur dan melaju di sahara, sampai ke
gundukan bebatuan dan tempat binatang liar.
Tiba-tiba dia
menghentikan mobilnya dan berkata kepada ibunya, “Turunlah.” Sang ibu
yang shalihah itu bertanya, “Apakah kita sudah sampai ke tempat orang
yang mengundang kita?” Dia menjawab, “Tidak ada seorang pun yang
mengundang kita, akan tetapi aku akan membunuh ibu, karena ibu telah
membuat susah kehidupanku dan istriku.” Maka dengan serta merta ibunya
menangis seraya mengatakan, “Kalau begitu tempatkanlah aku di sebuah
rumah sendirian.” Dia berkata, “Jika aku melakukan itu, niscaya
orang-orang akan mencelaku. Tapi jika aku membunuh ibu, maka tidak ada
yang mengetahui kita.” Ibunya berkata, “Allah Mahatahu dengan perkaramu,
dan Dia pasti akan membalasmu dan juga istrimu.”
Dengan nada
mencemooh, dia berkata kepada ibunya, “Kalau begitu, Allah pasti akan
menyelamatkan ibu dari cengkeramanku.” Dengan suara lantang ibunya
berkata, “Allah pasti akan membalasmu. Aku tidak takut mati selama kamu
sudah berketetapan hati untuk membunuhku. Karena Allah Ta’ala telah
berfirman, ‘Maka apabila telah datang waktunya (kematian), mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya’.” (Al-A’raf: 34).
Lantas, sang anak hendak
membunuh ibunya. Akan tetapi ibunya berkata, “Biarkanlah aku shalat dua
rakaat terlebih dahulu, apabila aku telah sampai pada posisi duduk
tasyahud dalam keadaan membaca tasyahud, maka bunuhlah aku jika kamu
mau. Karena aku tidak mau melihatmu membunuhku.”
Demikianlah,
ibunya kemudian menghadap kiblat dan dengan suara yang penuh kepercayaan
kepada Allah, dia bertakbir, “Allahu Akbar.” Dia mulai shalat dengan
khusyu’ yang sempurna. Sementara anaknya menunggu diam penuh ketakutan.
Akan tetapi Allah Mahatahu apa-apa yang ada di dalam hati, Maha
Mengetahui yang tersembunyi, Maha Penolong kepada orang yang terzhalimi,
Dzat yang apabila berkehendak melakukan sesuatu, maka hanya dengan
mengatakan, “Jadilah”, maka jadilah ia.
Tatkala ibunya telah
sampai pada posisi tasyahud, kedua mata anaknya itu memerah dan anggota
badannya gemetar. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada seorang
pun yang datang. Dia pun mengangkat batu yang ada di tangannya, dari
belakang ibunya, hendak menjatuhkan batu itu ke kepala ibunya dan
memecahnya menjadi dua. Namun tidak lama kemudian, ibunya mendengar
teriakan keras dari anaknya. Dalam keadaan takut dia menoleh ke anaknya
untuk mengetahui apa yang terjadi? Ternyata dia melihat anaknya
tenggelam ditelan bumi. Tangannya yang membawa batu telah lumpuh dan
tidak dapat menggerakkannya. Maka sang ibu pun berteriak menangisi anak
satu-satunya, “Anakku, ya Rabbi, aku tidak punya anak selainnya…, apa
yang terjadi padamu anakku?”
Dengan kedua tangannya yang penuh
belas kasihan, sang ibu mengeluarkan anaknya dari bumi yang menelannya
seraya mengatakan, “Sekiranya aku mati tanpa terjadi hal ini padamu
wahai anakku.”
Sungguh, Allah Yang Mahakuasa telah membalas anak durhaka ini. ( Aqibah Uquq al-Walidain, hal. 69-71)
Walahu A’lam ...
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar