Rabu, 14 Maret 2012

Catatan untuk Anakku

Ungkapan "Tak ada noda tak belajar" sering diperdengarkan di TV lewat iklan sabun deterjen. Kata-kata magis yang bisa menyihir siapa saja. Siapa pun akhirnya bisa saja sepakat dengan ungkapan tersebut. Dan, bisa jadi, orang-orang pun berlomba-lomba kena noda. Toh, biar pintar! Tak belajar bila tak ada noda. Apa iya? Saya menangkap maksudnya adalah boleh saja salah, tapi ambillah pelajaran dari kesalahan tersebut. Lantas benarkah demikian adanya?

Saya barangkali adalah manusia yang paling banyak salah. Dimulai dari salah kecil, kemudian semakin besar. Lho, kenapa bisa begini? Apa saya tak belajar dari kesalahan yang kecil? Saya berusaha untuk merenungi kesalahan yang telah saya lakukan, tentunya bila saat itu saya menyadari telah bersalah. Kenapa kesalahan itu bisa terjadi? Bagaimana rasanya saat kesalahan itu menimpa saya? Apa dampaknya bagi kehidupan saya ke depan? Tiap jawaban pada akhirnya melahirkan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga. Oh ya, memang benar, tak ada noda tak belajar, ada noda saya belajar. 



Namun, belajar ternyata hanya satu proses kecil, proses yang akhirnya tak berarti bila tak ada implementasinya. Pelajaran itu tinggal kenangan bila tak diyakini dan dijalani dengan teguh. Pelajaran-pelajaran yang menguap entah kemana. Kesalahan itu berulang. Malah, kesalahan semakin membesar. 

Dari pengalaman saya, satu kesalahan yang pernah dilakukan menjadi permakluman untuk kesalahan yang sama di kemudian hari. Kesalahan yang sama tapi bisa jadi dengan skala yang besar. Apalagi jika kesalahan tersebut tak mudah dimaafkan. Maaf yang saya maksud adalah memaafkan diri sendiri. Keberanian kita untuk mengakui kesalahan dan memberinya maaf. Ternyata ada satu hal penting lagi yang diperlukan untuk bisa belajar dari salah. Mampukah saya memaafkan kesalahan itu? Karena jika tidak, walau saya tahu pelajaran yang dipetik dari kesalahan itu, saya tak akan sanggup menolak untuk mengulangnya. Akhirnya, terus-menerus hidup dalam kesalahan. Karena saya tak termaafkan. Perasaan bersalah yang selalu ada akan menyulitkan saya untuk bisa hidup dari pelajaran-pelajaran itu.

Lalu, bagaimana sebaiknya? Menurut saya, jika masih bisa untuk tetap "bersih" tanpa noda, pertahankanlah! Itu sebaik-baiknya jalan untuk jauh dari kesalahan. Pelajaran bisa diambil dari mana saja. Akan lebih berharga apabila kita bisa belajar dari kesalahan orang lain. Dengan demikian, kita akan lebih mudah menjaga diri untuk tetap "bersih". Sayang sekali, saya baru menyadari hal ini sekarang. Saya telah banyak melakukan salah, satu per satu saya coba maafkan diri saya. Sulit! Merasa masih dalam lumpur salah, saya terus saja berkubang lumpur salah itu. Saya masih terperangkap. Jika saya tak segera keluar, lumpur salah akan menghisap saya semakin dalam. Dan saya tak akan keluar lagi darinya. 

Catatan untuk anak-anakku kelak, "Nak, jika kau tak mampu memaafkan kesalahan yang kau perbuat, maka lebih baik kau belajar dari kesalahan orang lain. Percayalah, kau tak harus bernoda untuk bisa belajar."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar